Ada Banyak Hal Penting/Berguna yang Harus/Bisa Saya Lakukan

14 April, 2009

Tapi saya malah membuat ini:

Strike Witches Correlation Diagram

Strike Witches Correlation Diagram

Di-klik jadi besar.

Tidak tahu Strike Witches? Ah, tidak perlu tahu.
Hanya pernah dengar sekelebat soal Strike Witches? Diam!
Sudah menonton Strike Witches? Bagaimana, keren kan?

Saya Menonton Empat Film dalam Sebulan Terakhir Ini

3 Maret, 2009

millionaire

Mati

4 Desember, 2008

Di jalur antara Thredbo dan Sydney, dekat dua belas malam, bis yang saya tumpangi berhenti. Dari balik jendela terlihat lampu polisi berkedap-kedip merah-biru. Saya, memaklumi hal ini sambil setengah terjaga, kembali terlelap.

Saya tersadar sepenuhnya lama setelahnya. Bis itu masih berhenti. Ambulans yang terparkir di sebelah dan mobil yang ringsek di parit depan membuat saya mengerti: ada kecelakaan. Supir bis sedang berbicara dengan seorang petugas di luar. Para penumpang terlihat menunggu dengan gelisah, sampai akhirnya sang supir kembali dan berkata, “It’s going to take some time, folks. I think a lady died in there.

Seorang perempuan di belakang saya langsung menangis. Dia akan terlambat menemui ibunya, jelasnya di tengah isakan.

Seorang pria menghampiri saya, bertanya macam-macam dan bergegas keluar. Mau memotret, katanya.

Sedangkan saya? Saya berusaha sebisanya untuk bersedih. Namun saya gagal.

Yang saya inginkan bukanlah monolog eksistensial atau pengamatan sosio-psikologi, meski mereka tetap menyergap. Tak perlu pilu yang menghantam tanpa ampun, meremas sampai tak bersisa dan mengeringkan mata.

Cukup sedih yang menitik, dilontarkan oleh empati. Tanpa tendesi maupun pretensi, tanpa khawatir akan kepantasan dan konformitas. Tak bisa kah? Gugah yang datang hanya karena rasa persamaan antar manusia, antar makhluk hidup? Haruskah semua hadir hanya lewat pemahaman? Saat itu, saya ingin menjadi orang yang sederhana.

Sang supir meminta maaf atas nama perusahaannya mengenai keterlambatan jadwal bis.

Dua anak berdiri di jalan, saling memeluk, penuh air mata. Mungkin ibu mereka yang ada di dalam sana.

Dan saya berusaha untuk bersedih. Namun saya gagal.

Yang ada hanya kecewa.

I think qwantz is a pretty cool guy

28 November, 2008

aboutcommentsdisclaimerhome

all self-respecting comic strips have DO NOT WANT at the end. yours should too

Teori Prokrastinasi

27 November, 2008

Yang mungkin sama sekali tidak berbeda dengan teori prokrastinasi lainnya. Tapi biarlah.

1.1 Latar Belakang

Saya menyadari ketika saya sedang menunda-nunda pekerjaan, ada sebuah urutan tertentu yang saya tempuh dalam melakukan kegiatan yang berfungsi untuk mengalihkan perhatian saya dari pekerjaan yang bersangkutan.

1.2 Ruang Lingkup

Saya hanya akan meneliti kondisi ketika tenggat waktu pekerjaan tidak begitu dekat. Semakin dekat dengan tenggat waktu, dorongan eksternal untuk segera mengerjakan dengan terpaksa akan semakin besar dan saya khawatir itu akan mempengaruhi keobjektifan pengamatan.

1.3 Sasaran Penelitian

Saya membatasi penelitian pada kegiatan-kegiatan sederhana yang bisa dilakukan di rumah. Hobi lain yang memakan waktu seperti hiking dan nge-band tak akan dibahas karena, di samping memakan waktu, memiliki kondisi lingkungan tidak stabil dan lantas memiliki resiko mempengaruhi kondisi mental secara acak.

1.4 Metodologi

Pengamatan terhadap diri sendiri yang dilakukan seraya menulis sebuah artikel di blog.

2.1 Langsung saja, ah…

Jadi, beginilah urutan kegiatan prokrastinasi saya berdasarkan prioritas:

  1. Membaca
  2. Menonton
  3. Bermain
  4. Menulis
  5. Membuat lagu
  6. Menggambar

Konkretnya begini: ketika saya hendak mengerjakan sebuah pekerjaan wajib, saya akan ingat bahwa ada buku yang belum selesaikan dan membacanya dulu. Ketika bukunya habis, saya teringat film-film yang belum ditonton dan melakukannya. Bosan menonton, saya bermain game. Demikian seterusnya.

Sadarlah saya bahwa urutan ini datang dari pertimbangan kemudahan vs. beban. Mengambil buku atau membuka situs untuk membaca tentunya jauh lebih mudah daripada menginvestasikan setengah sampai tiga jam untuk menonton film. Sebaliknya, mencari peralatan gambar saja sudah memerlukan waktu tersendiri, ditambah kenyataan bahwa saya termasuk seorang perfeksionis yang sebenarnya tak bisa menggambar, kadang kegiatan ini malah menjadi beban.

Menarik: kegiatan menulis cerita fiksi atau analisis bodoh menduduki peringkat keempat dalam urutan “kemudahan” dan ketiga dalam urutan “beban” dari seluruh kegiatan-masa-senggang-padahal-sebenarnya-tidak-senggang. [pembenaran]Mengingat banyaknya buku/film/game yang saya miliki, jelas saja blog ini jarang ter-update[/pembenaran]

Di samping itu, bisa ditarik kesimpulan bahwa prokrastinasi sebenarnya sangat bermanfaat untuk menyelesaikan aktifitas-aktifitas yang tertunda dan berkarya. Saya rasa metode ini sangatlah efektif untuk, sesuai frase yang terkenal itu, live the life to the fullest.

Hidup prokrastinasi!

***

PS: Artikel ini tidak ditulis dalam rangka menunda pengerjaan proyek multimedia yang tenggat waktunya sudah semakin dekat. Sungguh.

Hati-Hati; Sangat Disarankan Untuk Lari! Di Arah Tenggara Ada B. taurus yang Berperilaku Janggal dan Menyebabkan Bahaya bagi Lingkungannya!

2 Juni, 2008

Akhir-akhir ini, saya sedang ketagihan menelusuri situs ini. Semenjak Kopral Geddoe memberikan jalan ke tempat itu beberapa hari lalu, bisa dibilang saya lebih banyak menghabiskan waktu di kantor untuk membaca artikel-artikel yang tersebar di sana daripada mengerjakan hal lain yang sepatutnya saya lakukan sebagai seorang pegawai ekspor.

Ah, tapi saya tidak akan bercerita mengenai deadline pekerjaan saya yang semakin dekat, atau bos saya yang kemungkinan besar sudah bertanya-tanya apa gunanya investasi gaji yang dia berikan pada saya tiap bulan.

Saya akan mengalihkan perhatian dan mengarahkan Anda sekalian ke artikel ini.

Banteng Ngamuk

Saya datang, saya lihat, lalu…? »

Fitnah Lebih Kejam Daripada…?

24 Agustus, 2007

KeluhBeberapa waktu yang lalu saya mendengar sebuah khotbah sebelum Salat Jum’at yang saya rasa isinya cukup menarik untuk diceritakan. Harap diingat bahwa saya menulis ini berdasarkan ingatan belaka sehingga isinya mungkin kurang akurat. Versi yang saya tulis juga merupakan versi yang sudah diringkas. Meskipun begitu, saya hanya mencantumkan hal-hal yang saya yakin saya dengar.

Disertai monolog batin saya ketika mendengarnya »

Cinta Dalam Sepotong Film

19 Agustus, 2007

Alkisah, tatkala saya sedang mengarungi Jakarta, saya menyadari bahwa sang ibukota dipenuhi oleh reklame dan poster dua buah film: Merah itu Cinta dan Cintappucino. Saya pun berlagak seperti seorang penulis skenario senior dan berkomentar dengan yakinnya; “Weleh, film cinta lagi? Tidak ada tema lain, apa?

Selang 10 menit, saya menyadari bahwa selain bertema cinta, kedua film tersebut ternyata juga memiliki kata ‘Cinta’ di judulnya. “Weleh-weleh-weleh,” saya bergumam kembali layaknya sesosok boneka komodo, “tidak ada judul lain, apa?”

Valentine

Kalau filmnya seperti yang di gambar sih… Ehm, bukan itu. Lanjutkan »

This is Madness!

23 Mei, 2007

Pirates of the Caribbean: At World’s End.
Tontonlah.

Baca entri selengkapnya »

Harap

4 Mei, 2007

Di kompleks rumah saya ada dua masjid. Jalur menuju salah satunya adalah jalan aspal yang singkat, sementara untuk mencapai yang satu lagi saya harus melalui lapangan penuh ilalang dan semak-semak atau mengambil jalan memutar yang jauh.

Saya pun teringat dengan ajaran guru agama saya di SD dulu. “Makin banyak kesukaran yang kita tempuh dalam perjalanan ke masjid, makin besar pahala kita,” kira-kira begitu katanya.

Saat itu saya bertanya; “Bagaimana dengan orang yang rumahnya tepat di sebelah masjid? Kasihan, pahalanya pasti lebih kecil dari orang-orang lain.”

“Orang itu akan menemukan jalan lain untuk mendapat pahala.”

“Oooo,” gumam saya seraya mengangguk-angguk, pura-pura mengerti.

Andai guru agama saya ada di sini sekarang. Ingin saya minta nasehatnya, masjid mana di kompleks saya yang harus saya datangi untuk Shalat Jum’at.

Path

Baca entri selengkapnya »